You Can’t Connect The Dots Looking Forward; You Can Only Connect Them Looking Backwards

Cepy Hidayaturrahman
3 min readJun 18, 2020

--

“You can’t connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future. You have to trust in something — your gut, destiny, life, karma, whatever. This approach has never let me down, and it has made all the difference in my life.” — Steve Jobs

Seberapa sering kamu resah perihal apa yang akan terjadi di masa depan?

Bagi kamu yang baru lulus kuliah dan belum kerja, mungkin sedang stres-stresnya keluar rumah karena kalau ketemu tetangga diinterogasi melulu: “Teu acan kenging-kenging damel teh, Jang? Ongkoh sarjana, kedahna mah gampil atuh katampi di pabrik-pabrik wae mah. Euh, mun baheula mah nya…”

Radio butut.

Bagi Anda bapak-bapak muda yang baru punya anak, sekarang lagi capek-capeknya diperas fisik (berupa perut yang makin buncit), mental, moral, dan idealisme di tempat kerja seiring tekanan karier yang makin aduhai; ketika angan-angan, ekspektasi, pengejaran passion hanyalah cerita usang tak berarti dibandingkan kenyataan yang kamu hadapi sekarang berupa kegamangan masa depan: bagaimana masa depan anakmu yang sedang tertidur pulas ditemani kesiur kipas angin? Akankah ia bahagia?

Kemudian kamu tenggelam manakala berselancar di internet yang kini sudah bukan lagi riuh dengan kegalauan jomlo di malam minggu yang dikicaukan Arief Muhammad yang sekarang sudah luar biasa kaya raya dengan basement berkandangkan puluhan mobil mewah di dalam rumah gedong yang ada lift-nya dan sesehari beli motor Harley udah semacam habbit jajan bala-bala haneut ke Ceu Imas.

Di lautan internet yang kini mumet dengan umpatan kelas menengah nanggung yang sudah muak dengan pekerjaan level menengah; ditekan dari atas dan bawah, yang tidak sesuai passion mereka tapi apa daya dunia korporat harus tetap mereka jalani lantaran cicilan-cicilan untuk menebus berbagai starter kit penunjang gaya hidup guna menekan stres keseharian sudah menjerat mereka begitu lembut.

Di labirin internet yang sudah dikuasai beragam teror ancaman oleh *sensor* kepada kaum-kaum *sensor* yang masih bertahan memperjuangkan *sensor*, kini terasa sangat *sensor*. Kalian semua memang *sensor*!

Mari kita lanjutkan.

Di internet, kamu membaca artikel “The Top 10 Skills You’ll Need for The Future” yang dengan gagah diramalkan oleh World Economic Forum untuk menyambut kalian wahai Generasi Z dan Generasi Alpha yang begitu cepat beranjak remaja dan cepat dewasa ya. Begitu poin-poin terhampar, ternyata semuanya adalah keahlian-keahlian yang sebenarnya juga insecure oleh keberadaan robot-robot yang akan menguasai manusia di masa depan; robot-robot yang manusia ciptakan sendiri.

Tak ada yang bisa meramalkan bagaimana cara dunia akan bekerja di masa depan, apa saja bekal yang harus kita persiapkan untuk menyongsong masa depan. Mendiang Steve Jobs yang merupakan dewa inovasi saja menyatakan demikian, sebagaimana quote yang saya tukil di awal tulisan ini.

Steve Jobs bilang, fokuslah pada saat ini, kini. Hadirlah. Tetap positif. Tetap kerja keras. Fokuskan tujuan pada hal-hal yang baik. Waktu lebih berharga daripada uang, sebab sekalinya lewat, ya sudah, waktu takkan bisa tergantikan. You only get this moment once. That’s it. Then it’s gone.

Selamat ulang tahun yang ke-2, Cikal Ananta Rahmana. Nama tengahmu saya curi dari seseorang yang keteguhan prinsip, idealismenya selalu gagal dikorupsi oleh elemen-elemen apa pun, penguasa absolut sekali pun.

Jadilah dirimu yang benar-benar kamu. Masa depan adalah perjalanan mencicipi kegagalan demi kegagalan, dan itu tak apa, selama kamu tetap bertahan dan terus berjalan.[]

--

--

Cepy Hidayaturrahman
Cepy Hidayaturrahman

Written by Cepy Hidayaturrahman

Paid Media Strategist | Facebook Ads Specialist | Google Ads Strategist | Lead Generation | Performance Marketing Specialist

No responses yet