21 Lessons Learned from 2021
3 min readDec 4, 2021
- Passion is one thing. Persistency is everything.
- Kebahagiaan bukan untuk dikejar, tapi dirasakan sekarang juga. Kebahagiaan adalah keputusan, dan milik semua orang.
- Privilege itu nyata. Tapi semua manusia di muka bumi memiliki privilege masing-masing yang belum tentu dimiliki oleh manusia lainnya. Syukurilah, tafakurilah, amalkanlah.
- Imperfection is perfect.
- Impostor syndrome a.k.a. The Dip is real. However, just go ahead, dude. Jangan mundur, jangan menyerah, hadapi saja apa pun di hadapan dengan penuh percaya.
- Menjadi morning person ternyata menyenangkan dan bikin hidup lebih hidup.
- Kombinasi Work from Office dan Work from Home adalah hakikat nyata dari kredo work-life-balance. Jika hanya menjalani salah satunya saja; di rumah saja, atau di kantor saja, burnout dan anxiety justru jauh lebih ganas menyerang; inproduktivitas.
- Keluarga adalah segalanya. Teman, hmm… bersikap wajar saja di hadapan teman, sebab mereka pasti punya motif masing-masing, tak usah semua diumbar di depan warga non keluarga.
- Usia 30 tahun ternyata terasa tiba lebih cepat daripada perkiraan. Well, time is limited resources. Uang bisa dicari, tapi waktu mustahil dibeli.
- Begadang akhir-akhir ini berubah menjadi kegiatan yang menyiksa dan terkadang memaksa. Tak lagi menyenangkan. Dini hari dan pagi hari sebelum pukul enam justru terasa lebih membahagiakan.
- Marketing beda-beda tipis dengan Engineering; sama-sama merekayasa suatu problem menjadi solusi yang tepat guna.
- Kreativitas adalah sebuah habit, bukan semata-mata bakat. Kerja keras adalah keniscayaan.
- Teori 10.000 jam untuk bisa menjadi seorang ahli dalam satu keahlian, ternyata bukan mitos. Itu nyata dan sangat praktikal. Semua orang yang mencintai pekerjaannya di bidang apa pun tanpa terkecuali selama lebih dari lima tahun lamanya pasti sudah mencapai titik ini.
- Motivasi terkadang dibutuhkan dalam situasi dan kondisi kritikal.
- Konten-konten demotivasi dan konten-konten yang konon dark menjadi tidak terlalu relevan. Tapi tak apa, biarkan saja, sebab konten semacam itu sengaja diciptakan untuk target konsumen anak muda usia 20an yang ingin terlihat dan terkesan keren di mata orang lain.
- Parenting tidak pantas untuk dikontenkan, apalagi dikomersialkan, sebab kehidupan itu dinamis. Bisa jadi pagi ini rumah tangga harmonis, tapi sore harinya sedingin air di Puncak atau sepanas neraka. Parenting lebih pantas untuk dijalani diam-diam, seumur hidup, sampai tutup usia.
- Bahaya ain itu nyata. Waspada, jangan terlalu menunjukkan bahagia, namun juga jangan terlalu menampakkan derita, terlebih di kanal social media. Banyak tatapan dan ratapan jahat yang entah kenapa selalu ada mengintai Anda!
- Melamun di teras rumah tanpa memikirkan apa pun ditemani secangkir teh pahit setelah pukul delapan malam sepulang kerja naik kereta Commuterline Jabodetabek adalah kenikmatan tiada tara. Sejenak terasa: the world is mine, dan merasa tak perlu mengejar apa-apa lagi.
- Value orang Indonesia lebih dekat dengan value orang-orang Asia Timur dan beberapa negara Asia lain macam Thailand, Vietnam, Malaysia. Berusaha keras untuk menjalani kultur dan value kebarat-baratan adalah ide yang bodoh dan tidak efektif, menghabiskan uang dan usia saja.
- Meskipun seringkali mengecewakan, harapan; apa pun bentuknya harus terus dipelihara, agar selalu ada alasan untuk bangun esok hari.
- Hidup bukan untuk menghindari masalah, melainkan untuk menghadapi masalah. Perkara selesai atau tidak, itu urusan belakangan. Lemesin aja. Jika ditakdirkan, esok kan masih ada.
Bogor, 4 Desember 2021
CH